Manajemen Sumber Daya Manusia (Kepuasan Kerja)
KEPUASAN KERJA
Oleh:
Muhammad Nur Alfie
Mahasiswa
Prodi S1-Akuntansi, Universitas Gunadarma
1.
PENDAHULUAN
Kepuasan kerja pada
dasarnya merupakan hal yang bersifat individual. Setiap individu memiliki
tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan keinginan dan sistem nilai
yang dianutnya. Semakin banyak aspek dalam pekerjaannya yang sesuai dengan
keinginan dan sistem nilai yang dianut individu, semakin tinggi tingkat
kepuasan yang didapat. Demikian pula sebaliknya, semakin banyak aspek dalam
pekerjaannya yang tidak sesuai dengan keinginan dan sistem nilai yang dianut
individu, semakin rendah tingkat kepuasan yang didapat. Karyawan yang bekerja
dengan tingkat kepuasan yang tinggi akan memandang pekerjaannya sebagai suatu
hal yang menyenangkan. Ketika karyawan merasa puas, maka karyawan akan semakin
loyal kepada perusahaan, sehingga disiplin, semangat serta moral kerja yang
mereka miliki dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya akan meningkat.
Begitu pula sebaliknya, karyawan dengan tingkat kepuasan yang rendah akan
memandang pekerjaannya sebagai pekerjaan yang membosankan sehingga dalam
melakukan pekerjaannya, karyawan tersebut akan merasa terpaksa. Apabila dalam
perusahaan memiliki karyawan yang mayoritas kepuasan kerjanya rendah, maka akan
berdampak pada kelangsungan hidup perusahaan. Oleh sebab itu, penting bagi
perusahaan untuk memperhatikan kepuasan kerja karyawannya dengan mengkaji ulang
aspek-aspek yang mempengaruhi kepuasan kerja.
2.
Studi Terdahulu
Berdasarkan jurnal yang
ditulis oleh Mona Tiorina Manurung (2008) berjudul “Analisis pengaruh stres
kerja dan kepuasan kerja terhadap Turnover Intention karyawan pada STIKES Widya
Husada Semarang’’, mendapat tawaran sebagai PNS merupakan faktor utama yang
memicu karyawan STIKES Widya Husada Semarang melakukan turnover intention. Oleh
karena itu, untuk kedepannya pimpinan STIKES Widya Husada Semarang sebaiknya
membuat kebijakan untuk mengelola stres karyawan dan membuat karyawan puas akan
tanggungjawab yang mereka tangani.
Berdasarkan jurnal yang
ditulis oleh Dhini Rama Dhania (2010) berjudul “Pengaruh stres kerja, beban
kerja terhadap kepuasan kerja Medical Representatif di kota Kudus”, stres kerja
tidak secara signifikan mempengaruhi kepuasan kerja yang dirasakan medical representatif
di kota Kudus. Terdapat banyak hal yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja seseorang.
Berdasarkan hasil wawancara awal didapat bahwa salah satu alasan merasa nyaman
dengan pekerjaan yang dijalani saat ini adalah meskipun berat tetapi mereka sangat
mengharapkan mendapatkan insentif guna menambah untuk kebutuhan keluarga.
Berdasarkan jurnal yang
ditulis oleh Endo Wijaya Kartika, Thomas S. Kaihatu (2010) berjudul “Analisis pengaruh motivasi
kerja terhadap kepuasan pada karyawan restoran di Pakuwon Food Festival
Surabaya”, Berdasarkan hasil pengolahan data diatas, penelitian ini menunjukkan
bahwa variabel motivasi berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan kerja,
Dari hasil deskriptif responden ada beberapa hal yang perlu digaris bawahi
dalam konteks penelitian ini, yaitu variabel kepuasan kerja itu sendiri,
khususnya pada variabel mutu pengawasan supervisi, gaji atau upah, dan kesempatan
promosi.
Berdasarkan jurnal yang
ditulis oleh Effendi Sinuhaji (2013) berjudul “Pengaruh budaya organisasi
terhadap kepuasan kerja karyawan pada jasa perhotelan Garuda Plaza Hotel Medan”,
Dari hasil penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
budaya organisasi memiliki peran yang sangat strategis untuk mendorong dan
meningkatkan efektifitas kinerja organisasi, khususnya kinerja karyawan baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Berdasarkan jurnal yang
ditulis oleh Desi Riski Anggraeni (2013) berjudul “Variabel - Variabel yang
mempengaruhi kepuasan kerja karyawan pada kantor pusat PT. BPR Cinde Wilis
Jember”, Dari hasil penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa Promosi jabatan, kompensasi dan
lingkungan kerja berpengaruh siginifikan secara bersama-sama (simultan) terhadap
kepuasan kerja karyawan.
Berdasarkan jurnal yang
ditulis Hendra Hadiwijaya (2016) berjudul
“Pengaruh insentif dan pengembangan karir terhadap kepuasan kerja melalui
kinerja karyawan sebagai variable intervening pada PT. Smartfren Telecom
Palembang”, Dari hasil penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa Terdapat pengaruh yang signifikan
antara Insentif yang dibentuk oleh variabel-variabel konstruknya terhadap kinerja
dan terhadap kepuasan kerja. Terdapat pengaruh yang signifikan antara pengembangan
Karir terhadap kinerja namun tidak signifikan terhadap kepuasan
Berdasarkan jurnal yang
ditulis oleh Lulu Novena Sitinjak (2018) berjudul “Pengaruh lingkungan kerja
terhadap kepuasan kerja karyawan pada PT. Mitra Pinasthika Mustika Rent
Tangerang Selatan”, Dari hasil penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa benar lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja non
fisik memiliki pengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan. Karyawan yang merasa
nyaman dan puas pada kondisi dan fasilitas di lingkungan kerjanya cenderung
memiliki semangat kerja yang tinggi.
3.
PEMBAHASAN
3.1
Komponen Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja yang
tinggi merupakan tanda organisasi yang dikelola dengan baik dan pada dasarnya
merupakan hasil manajemen perilaku yang efektif. Terdapat komponen kepuasan
kerja yang dirasakan karyawan. Pertama,
pekerjaan yaitu sejauh mana tugas kerja dianggap menarik dan memberikan
kesempatan untuk belajar dan menerima tanggung jawab. Kedua, kesempatan untuk promosi yaitu adanya kesempatan untuk maju.
Ketiga, supervisor atau atasan yaitu kemampuan atasan untuk membantu dan
mendukung pekerja atau bawahannya. Keempat,
gaji atau upah yaitu suatu jumlah yang diterima dan keadaan yang dirasakan dari
pembayaran .Kelima, rekan kerja yaitu
sejauh mana rekan kerja bersahabat, kompeten dan saling mendukung.
3.2
Mengukur Kepuasan Kerja
Karyawan yang tidak puas dalam kerjanya dapat
dinyatakan dalam berbagai cara. Misalnya, berhenti bekerja, karyawan mengeluh,
tidak patuh, atau mengelakkan sebagian dari tanggung jawab kerjanya. Sementara
kepuasan kerja merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh setiap
karyawan di tempat kerjanya. Dan tidak mudah memuaskan karyawan karena kepuasan
kerja merupakan hal yang bersifat individual. Setiap individu akan memiliki
tingkat kepuasan yang berbeda-beda dalam dirinya. Hal ini sesuai dengan
pengertian kepuasan itu sendiri, dimana kepuasan kerja merupakan keadaan
emosional yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan dimana para karyawan
memandang pekerjaannya. Setiap pekerjaan
menuntut interaksi dengan rekan kerja dan atasan-atasan, mengikuti peraturan
dan kebijaksanaan-kebijaksanaan operasional, memenuhi standar-standar kinerja,
menerima kondisi-kondisi kerja yang acap kali kurang ideal, dan lain-lain. Ini
berarti bahwa penilaian seorang karyawan tentang seberapa ia merasa puas atau
tidak puas dengan pekerjaan merupakan penyajian dari sejumlah elemen pekerjaan
yang berlainan.
1.
Seberapa Puas
Individu dengan Pekerjaan Mereka?
Menunjukkan bahwa tingkat kepuasan mengalami banyak
perubahan, bergantung pada segi kepuasan kerja yang dibicarakan.
2.
Apakah yang
Menyebabkan Kepuasan Kerja?
Kemungkinannya adalah pekerja menyukai pekerjaan
yang dikerjakan. Pada kenyataannya, dari segi kepuasan kerja (kerja itu
sendiri, bayaran, kenaikan jabatan, pengawasan, dan rekan kerja), menikmati
kerja itu sendiri hampir selalu merupakan segi yang paling berkaitan erat
dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi secara keseluruhan.
3.
Pengaruh
Karyawan yang Tidak Puas dan Puas di Tempat Kerja?
a.
Keluar (exit) : perilaku yang ditunjukkan untuk
meninggalkan organisasi, termasuk mencari posisi baru dan mengundurkan diri.
b.
Aspirasi (voice) : secara aktif konstruktif
bersama berusaha memperbaiki kondisi, termasuk menyarankan perbaikan,
mendiskusikan masalah dengan atasan, dan beberapa bentuk aktivitas dan serikat
kerja.
c.
Kesetiaan (loyality) : secara pasif tetapi optimis
menunggu membaiknya kondisi termasuk membela organisasi ketika berhadapan
dengan kecaman eksternal dan mepercayai organisasi dan manajemen untuk
melakukan hal yang benar.
d.
Pengabaian (neglect) : secara pasif membirkan
kondisi menjadi lebih buruk, termasuk ketidakhadiran atau keterlambatan yang
terus menerus, kurangnya usaha, dan meningkatnya angka kesalahan.
4.
Kepuasan Kerja
dan Kinerja
Organisasi
yang mempunyai karyawan yang lebih puas cenderung lebih efektif bila
dibandingkan organisasi yang mempunyai karyawan yang kurang puas.
5.
Kepuasan Kerja
dan OCB (Organizational Citizenship
Behaviour)
Karyawan
yang puas tampaknya cenderung berbicara secara positif tentang organisasi,
membantu individu lain, dan kemungkinan lebih mudah berbuat lebih dalam
pekerjaan karena mereka ingin merespons pengalaman positif mereka.
6.
Kepuasan Kerja dan
Ketidakhadiran
Masuk
akal bahwa karyawan yang tidak puas cenderung melalikan pekerjaan,
faktor-faktor lain memiliki pengaruh pada hubungan tersebut dan mengurangi
koefisien korelasi.
7.
Kepuasan Kerja
dan Perputaran Karyawan
Adanya
sebuah pengait penting dari hubungan kepuasan perputaran karyawan adalah
tingkat kinerja karyawan. Mereka mendapatkan kenaikkan bayaran, pujian,
pengakuan, peluang promosi yang meningkat, dan lain-lain.
8.
Kepuasan Kerja
dan Perilaku Menyimpang di Tempat Kerja
Ketidakpuasan
kerja memprediksi banyak perilaku khusus, termasuk upaya pembentukan serikat
kerja, penyalahgunaan hakikat, pencurian di tempat kerja, pergaulan yang tidak
pantas, dan kelambanan.
3.3
Kondisi yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
Faktor-faktor penting
yang mendorong kepuasan kerja diantaranya pekerjaaan yang secara mental
menantang (Mentally Challenging Work)
disini karyawan cenderung menyenangi pekerjaan yang memberikan peluang yang sesuai
dengan kondisi keterampilan dan kemampuannya. Pekerjaan dengan tantangan kecil
menimbulkan kebosanan. Selanjutnya imbalan yang pantas (Equitable Rewards) dimana kepuasan kerja akan terwujud apabila
penggajian dirasakan adil, sesuai kebutuhan pekerjaan, tingkat keterampilan individu
dan standar penggajian umum. Kemudian kondisi lingkungan kerja yang mendukung (Supportive Working Condition) juga harus
diperhatikan kenyamanannya seperti suhu udara dan penerangan yang baik, serta
fasilitas kerja yang mendukung. Lalu dengan adanya dukungan rekan kerja (Supportive Colleagues) disamping
memperoleh uang, prestasi dan materi, karena sebagian besar orang bekerja juga
untuk kebutuhan interaksi sosial. Terakhir
terdapat kesesuaian antara kepribadian dengan pekerjaan (The Personality-Job Fit) merupakan faktor penting kepuasan kerja karena
orang dengan karakter kepribadian yang sama dengan pekerjaan yang dipilihnya
akan lebih menyukai karena menemukan talenta yang benar dan kemampuan yang maksimal,
sehingga biasanya akan lebih sukses dengan pekerjaannya. Sehingga dari uraian tersebut
kondisi-kondisi yang mempengaruhi kepuasan kerja seseorang dapat dibagi menjadi
dua, yaitu :
1.
Kondisi Organisasional
Terdapat kondisi-kondisi
yang berada dalam lingkungan kerja yang mempengaruhi tingkat kepuasan kerja karyawan
yaitu unsur-unsur dalam pekerjaan, sistem penggajian, promosi, pengakuan verbal
(verbal recognition), kondisi
lingkungan kerja, desentralisasi kekuasaan, supervisi, rekan kerja dan bawahan,
kebijakan perusahaan.
2.
Kondisi Personal
Dengan kata lain,
faktor personal adalah perbedaan-perbedaan individu yang akan mempengaruhi
kepuasan kerja yaitu keadaan demografis, variabel kepribadian, tingkat
intelegensi, pengalaman kerja, penggunaan keterampilan, tingkat jabatan.
4.
KESIMPULAN
Berdasarkan
pembahasan materi kepuasan kerja merupakan seperangkat perasaan tentang
menyenangkan atau tidaknya pekerjaan mereka. Sifat lingkungan seseorang di luar
pekerjaan mempengaruhi perasaan di dalam pekerjaan, lingkungan kerja fisik dan
lingkungan kerja non fisik memiliki pengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan.
Karyawan yang merasa nyaman dan puas pada kondisi dan fasilitas di lingkungan
kerjanya cenderung memiliki semangat kerja yang tinggi. Dampak kepuasan kerja
pada kinerja karyawan meliputi beberapa hal, diantaranya terhadap
produktivitas, keabsenan, dan pengunduran diri. Stres kerja itu bisa
diakibatkan karena pengaruh gaji atau salary yang diterima karyawan karena pada
saat sekarang ini perekonomian menjadi sangat sulit sehingga seseorang banyak
yang mengalami stres karena kesulitan untuk mencukupi kebutuhan hidup. Gaji dan
rasa aman merupakan dua kebutuhan yang dianggap sangat penting atau berarti dapat
menimbulkan kepuasan kerja. Pada dasarnya
seorang karyawan juga menginginkan adanya perhatian dari rekan kerjanya,
sehingga pekerjaan juga mengisi kebutuhan karyawan akan interaksi sosial, sehingga
pada saat seorang karyawan memiliki rekan kerja yang saling mendukung dan bersahabat,
maka akan meningkatkan kepuasan kerja mereka.
REFERENSI
Dhania, Dhini Rama. 2010. “Pengaruh stres kerja,
beban kerja terhadap kepuasan kerja pada Medical Representatif di kota Kudus”, Jurnal
Psikologi Universitas Muria Kudus Vol.1, No.1.
Endo Wijaya Kartika., & Thomas S. Kaihatu. 2010.
“Analisis pengaruh motivasi kerja terhadap kepuasan kerja pada karyawan
restoran di Pakuwon Food Festival Surabaya”, Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan, Vol.12, No.1, Hal:100-112.
Mona Tiorina Manurung., & Intan Ratnawati. 2012.
“Analisis pengaruh stres kerja dan kepuasan kerja terhadap Turnover Intention karyawan
pada STIKES Widya Husada Semarang”, Diponegoro Journal Of Management Vol.1,
No.2, Hal:145-157.
Sinuhaji, Effendi. 2013. “Pengaruh budaya organisasi
terhadap kepuasan kerja karyawan pada jasa perhotelan Garuda Plaza Hotel Medan”,
Jurnal Manajemen STIM Sukma Medan Vol.2, No.1.
Anggraeni, Desi Riski. 2013. “Variabel - Variabel
yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan pada kantor pusat PT. BPR Cinde Wilis
Jember”, Jurnal Manajemen, Universitas Muhammadiyah Jember, Vol.6, No.1.
Hadiwijaya, Hendra. 2016. “Pengaruh insentif dan
pengembangan karir terhadap kepuasan kerja melalui kinerja karyawan sebagai
variable intervening pada PT. Smartfren Telecom Palembang”, Seminar Nasional
Teknologi Informasi, Bisnis, dan Desain 2016 STMIK – Politeknik PalComTech.
Sitinjak, Lulu Novena. 2018. “Pengaruh lingkungan
kerja terhadap kepuasan kerja karyawan pada karyawan PT. Mitra Pinasthika Mustika Rent Tangerang Selatan”,
Jurnal Administrasi Bisnis Univеrsitas Brawijaya, Vol.60, No.2.